BOS JUGA MANUSIA

PLESETAN lama menyebutkan; bos tak pernah salah. Itu aturan pertama. Kalau bos salah? Aturan kedua dipakai; kembali ke aturan pertama. Tapi, bagaimanapun, bos juga manusia. Kalimat bijaknya; manusia tak luput dari kesalahan. Jadi tak salah pula kalau bos juga bisa (pernah) salah.
Penulis pun menjadi maklum, ketika bos (baca ketua umum) baru KONI Bali, Made Nariana “kepleset”. Dari catatan penulis, dua kali pengganti IGB Alit Putra itu membuat statement janggal di media. Yakni ditawari Buleleng dan melakukan pembicaraan dengan Denpasar, untuk siap menjadi tuan rumah Porprov X/2011.
Pertama (saat ditawari Buleleng), penulis menduga sang bos salah tahun. Karena kemungkinan yang dimaksud adalah untuk Porprov XI/2013. Sebab, dari catatan penulis, untuk jatah Porprov 2011 sudah ada si empunya, yakni Karangasem. Namun, saat ada statement kedua Nariana (melakukan pembicaraan dengan Denpasar), semuanya menjadi benderang. Ada yang salah dari ucapan sang bos!.
Okelah, Pak Nar (demikian panggilan akrab penulis kepada Made Nariana), sudah mengakui kelalainnya. Penulis juga tak bermaksud memvonis dan mencari-cari kesalahan beliau. Usai dilantik awal tahun ini, Pak Nar sempat berpesan kepada penulis,”Silahkan berikan kritik membangun, kalau kami (KONI) ada kekurangan,”pesannya.
Harus dimaklumi, kepemimpinan Made Nariana di induk olahraga Bali itu baru seumur jagung. Walaupun bukan orang baru di KONI (sebelumnya Sekum), tanggung jawab Nariana tak sebesar saat ini (sebagai Ketum).
Jika semasa menjadi Sekum masih ada Ketum yang mengawasi, sekarang Nariana lah yang harus mengawasi dirinya sendiri.
Sebagai media, tugas kami adalah mengontrol Nariana dan jajarannya. Dengan tujuan, KONI yang tiap tahun dijatah anggaran ABPD Bali, lebih baik kinerjanya. Sebab, tugas seorang Ketum KONI dengan puluhan Pengprov di bawahnya sangat berat. Jelas bukan hanya memikirkan, atau menerima tawaran siapa tuan rumah Porprov selanjutnya.
Soal kepleset itu memang harus dilupakan. Soal siapa tuan rumah Porprov 2011 juga sudah jelas, selama Karangasem masih siap. Sebab, tugas berat sudah menunggu KONI. Dalam dua bulan ke depan Made Nariana dan jajarannya akan banyak peras keringat. Porprov IX di Badung yang dibuka 9 September nanti, adalah tugas pertama mereka.
Seluruh insan olahraga Bali tentu berharap Porprov (keempat di luar Denpasar) kali ini lebih baik. Lebih semangat dari Porda VI di Buleleng (2003), lebih meriah dari Porda VII di Jembrana (2005), serta lebih rapi ketimbang Porda VIII di Klungkung, Bangli, Karangasem dan Gianyar (2007). Intinya, lebih baik pasca KONI era IGB Alit Putra.
Sehingga, sudah saatnya Made Nariana dan gerbongnya fokus pada gawe besar itu. Porprov Badung harus menjadi pembuktiannya. Porprov Badung wajib memperbaiki kekurangan-kekurangan Porda sebelumnya. Porprov Badung harus menjadi tolok ukur kesiapan Bali ke PON XVIII di Riau 2012. Singkatnya, Porprov Badung harus menjadi contoh penyelenggaraan Porprov selanjutnya (jika masih akan digelar lagi). Karena kalau tidak, jelas akan ada pertanyaan ; apa bedanya dengan Porprov (dulu Porda) sebelumnya.
Harus disadari, meskipun tanggung jawab penyelenggaraan di tangan kabupaten terkaya di Bali itu, namun Porprov tetaplah gawe besar KONI.
Harus diingat, menggelar Porprov di luar Denpasar tidaklah murah. Dua tahun lalu, KONI menyubsidi empat kabupaten hingga Rp 400 juta untuk menyelenggarakan Porda VIII. Itu belum termasuk anggaran daerah untuk membangun infrastruktur. Itu semua lembaran uang dari APBD Bali dan daerah. Uang rakyat yang harus dipertanggung jawabkan!. Semoga KONI tak kepleset lagi.(*)

Komentar

Postingan Populer